Belajar Dari Sayur Dan Buah

Insentif dan Akses ke Pasar

Muvikiho, sebuah organisasi petani bertipe apex (setara dengan koperasi sekunder di Indonesia) yang memiliki 476 anggota dari 12 kelompok tani di sektor sayur dan buah, juga mengkhawatirkan hal yang sama. Tapi mereka menghadapi tantangan yang berbeda. Berdiri tahun 2012, Muvikiho memasok sayur dan buah untuk pasar ekspor dan juga ke supermarket-supermarket besar maupun ke pasar lokal. Organisasi inipun menangani pemasaran dan pengelolaan semua perjanjian kontrak antara kelompok tani anggotanya dengan para pembeli. Selain itu, mereka juga menyediakan sejumlah layanan termasuk pelatihan pertanian dan pembangunan kapasitas.

Sebagai organisasi apex, Muvikiho harus memastikan bahwa semua kelompoknya berjalan baik. Jeremia Thomas Ayo, Sekretaris Muvikiho, mengungkapkan bahwa praktik manajemen terbuka adalah faktor penting untuk mendapatkan kepercayaan petani. Menurutnya, meyakinkan petani untuk menerapkan praktik-praktik pertanian berkelanjutan awalnya sulit. Tapi begitu petani telah menyadari bahwa ada pasar yang tertarik dan ada insentif untuk mendapatkan harga yang lebih baik, tidaklah sulit lagi untuk merekrut anggota. Jadi, harga yang baik dan akses untuk memasuki pasar merupakan pendorong utama untuk meyakinkan petani agar menerapkan kebiasaan bertani yang lebih aman dan lebih berkelanjutan. Sayangnya, kesadaran untuk menyediakan pangan yang aman dan sehat, bukanlah salah satu faktor pendorong.

“Secara teori, semua petani memahami manfaat praktik pertanian yang aman dan berkelanjutan. Tapi pada praktiknya, saat kami mengirim sampel, seringkali sampel tersebut ditolak. Sampel yang ditolak dapat mencapai 50% karena residu kimiawinya terlalu tinggi,” jelas Jeremia. Saat ini, hanya tiga kelompok tani—termasuk Umoja dan Kibiu—dari 12 kelompok, yang telah mampu memenuhi standar GLOBALG.A.P. dan berhasil mendapatkan kontrak dari Mara Farming, sebuah perusahaan ekspor yang memiliki basis pasar yang kuat di Eropa.

Mara Farming bekerja sama dengan VECO Afrika Timur untuk mengidentifikasi kelayakan kelompok tani seperti Umoja dan Kibiu. Menurut Eric Mdee, staf Mara yang menjabat sebagai Koordinator Wilayah untuk Tanzania, VECO Afrika Timur sangat berhasil dalam membangun kapasitas petani dan menghubungkan organisasi petani dengan aktor-aktor di seluruh rantai nilai. Mara tinggal melanjutkan saja.

Dengan pengalaman bekerja bersama petani kecil selama puluhan tahun, Mara selalu menerapkan prinsip-prinsip bisnis yang inklusif. Mara terus membangun hubungan yang langgeng dengan petani dan membantu agar hasil produksi mereka memenuhi permintaan pasar. Mara secara rutin memberi bantuan teknis termasuk persiapan lahan, pemilihan bibit, penanaman, program pemupukan, pemanenan dan penanganan pasca panen. Sayangnya, menemukan pembeli seperti Mara tidaklah mudah. Kebanyakan pembeli cenderung hanya tertarik “beli putus” agar mendapat keuntungan cepat. Kecenderungan tersebut menyajikan satu lagi tantangan besar yang harus diatasi oleh sektor ini.