Uncategorized

Dianggap Keliru Tebang 190 Pohon di Kawasan Monas, Anies Baswedan Sampaikan Hal Ini

Monas, singkatan dari Monumen Nasional, adalah salah satu ikon terkenal Indonesia yang berdiri dengan gagah di tengah Ibu Kota Jakarta. Monas bukan hanya sekadar landmark fisik yang menghiasi kota, tetapi juga mewakili sejarah, identitas, dan semangat bangsa Indonesia. Dalam artikel ini, kita akan membahas lebih lanjut tentang Monas, mulai dari latar belakang sejarahnya hingga makna simbolik yang terkandung di dalamnya.

Pembangunan Monas dimulai pada tahun 1959 di bawah pimpinan Presiden pertama Indonesia, Soekarno, dan selesai pada tahun 1961. Monas memiliki tinggi sekitar 132 meter dan merupakan menara obelisk yang menjulang tinggi.

Monas bukan hanya sekadar menara yang megah, tetapi juga mengandung berbagai simbolisme penting. Bagian teratas Monas berbentuk lidah api yang terbuat dari emas murni, melambangkan semangat perjuangan dan kemuliaan. Di sekitar lidah api terdapat plaza yang melambangkan panggung perjuangan rakyat Indonesia. Di bawah plaza terdapat museum yang menampilkan berbagai artefak dan informasi sejarah Indonesia.

Pada kepemimpinan Anies Baswedan di Jakarta, dilakukan renovasi pada Monas. Yang mana dalam renovasi tersebut telah ditebang ratusan pohon pada sisi selatan Monas. Hal inilah yang memicu kontroversi di masyarakat.

Nah, pada acara Kick Andy yang tayang pada Minggu, 18 Juni 2023 Anies Baswedan menjawab semua hal yang berkaitan dengan renovasi Monas tersebut, termasuk penebangan pohon di kawasan Monas yang diduga oleh beberapa pihak ada kaitannya dengan penyelenggaraan Formula E.

“190 pohon hilang gara-gara keinginan Anda untuk menyelenggarakan Formula E di Monas. Orang bilang naif sekali kalau seorang Anies Baswedan tidak tahu bahwa itu cagar budaya. 190 pohon kenapa Anda tebang?” tanya Andi F. Noya kepada Anies.

Menjawab pertanyaan tersebut, Anies mengatakan bahwa hal tersebut adalah dua hal yang berbeda namun kebetulan dilakukan pada saat yang bersamaan. Yang satu adalah uji coba aspal di salah satu ruas jalan di kawasan Monas dan yang satu pekerjaan yang lain adalah renovasi Monas.

“Uji coba aspal waktu itu bersamaan dengan proses renovasi Monas yang enggak ada hubungannya. Hanya dikerjakan di minggu-minggu yang bersamaan,” jelas Anies.

Lebih lanjut Anies mengatakan, kalau orang lewat kelihatan ini. Satu lagi memasang aspal, diuji coba. Waktu itu kawasan Monas rencananya akan digunakan untuk Formula E.

“Nah kita ingin menjaga supaya batu-batu Monas itu tidak dicabut, caranya dipasangin karpet. Terus di atas karpetnya dipasang aspal,” imbuhnya.

Anies menjelaskan hal yang sama juga dilakukan di Paris di sekitar Menara Eiffel di mana batu-batunya tidak diubah dan dipasang semacam karpet di bawahnya terus dipasang aspal.

Sementara itu terkait dengan renovasi Monas, Anies menjelaskan, ini adalah hasil sayembara dan sayembara ini merujuk kepada Keppres Nomor 25 Tahun 95 tentang rancangan Monas yang seharusnya, yakni merujuk kepada rancangan yang dibuat arsitek Silaban.

Lebih lanjut Anies mengatakan, dalam rancangan arsitek Silaban itu, Monas itu ada Tugu Monas di tengah, lalu ada 4 jalan yang diagonal dan 1 di sisi selatan yang kosong.

“Perancangan aslinya begitu, dan itu ada di Keppres Nomor 25. Jadi peran arsitek perancang renovasi ini mengembalikan kepada desain awal, di mana di sisi selatan itu memang kosong. Dan itulah yang dipakai untuk upacara, untuk acara-acara memang di situ. Menghadap ke arah Monas,” tandasnya.

Karena tempat itu puluhan tahun tidak pernah digunakan, jelas Anies, ditanami pohon-pohon itu semua. “Kemudian terjadilah ada 190 pohon, karena selama bertahun-tahun tempat itu enggak pernah didesain. (Desain) itu enggak pernah dilaksanakan,” sebutnya.

Anies pun memastikan bahwa apa yang dilakukannya itu adalah memindahkan pohon itu ke tempat yang seharusnya di sisi barat yang sekarang menjadi tempat parkir. Itu sebut Anies seharusnya pohon semua. Justru di tengah itulah yang sisi selatan itu yang kosong.