Begini Strategi Bisnis 3 Pengusaha Kecil Di Tengah Pandemi Corona

Pandemi corona telah menyeret jatuh perekonomian di seluruh dunia. Mempertahankan usaha di tengah pandemi sebesar ini jelas perjuangan yang berat sehingga perlu memiliki strategi bisnis di tengah pandemi. Di Indonesia, pandemi COVID-19 merontokkan pertumbuhan ekonomi di kuartal 1-2020 menjadi 2,97%, terendah sejak tahun 2001. Menurut catatan Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), sampai April 2020 lalu, jumlah orang yang dirumahkan atau terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) akibat wabah corona mencapai 7 juta orang. Sedangkan berdasarkan data dari CNBC Indonesia, Mei 2020, jumlah usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang gulung tikar mencapai 30.000 usaha.

Meski demikian, harapan tetap harus dijaga. Avrist berkesempatan mewawancarai tiga sahabat Avrist yang bercerita tentang perjuangan menjalankan strategi bisnis di tengah hantaman wabah. Yuk, mari menyimak kisah dan strategi bisnis pengusaha kecil ini di tengah pandemi virus corona.

Khairani Marda, Pemilik usaha fashion anak Baby Zio

Domisili: Depok, Jawa Barat

Instagram: @baby_zio

Usaha apa saja yang Anda jalankan selama ini?

Saya menjalankan usaha di bidang fashion bayi dan anak dengan brand Baby Zio, Ziokudeome, dan Ziokuziome.

Jalur pemasarannya offline atau online?

Kalau dilihat dari segi omzet, sebelum puasa atau Lebaran ini, omzet lebih besar disumbang dari toko fisik. Tapi karena dampak corona, omzet sekarang lebih banyak dari online karena selama corona toko fisik saya tutup. Baru kami buka akhir Mei lalu sebelum Lebaran.

Apakah usaha yang Anda jalankan tersebut terdampak oleh pandemi corona?

Tentu ada dampak. Toko fisik kami tutup, omzet menurun banyak. Sedang online sebenarnya masih sama dengan tahun lalu. Cuma, karena corona ini kami hanya mempekerjakan dua admin toko. Admin toko tadinya banyak, mereka pulang pergi dari rumah mereka ke toko. Tapi kami khawatir kalau mereka bolak balik dari rumah ke toko, takutnya membawa virus ke toko dan menyebar. Makanya, kami menawarkan pada pekerja siapa yang mau tidur di toko, itu yang boleh bekerja. Yang tidak mau tidur di toko, kami rumahkan sementara. Jadi sekarang yang balas online chat itu cuma dua admin. Karena cuma dua, jadinya membalas chat masuk dari customer menjadi slow response . Ada customer yang tidak sabar dan akhirnya membatalkan pesanan. Ini pula yang membuat kenaikan omzet harian kurang cepat. Tapi, mendekati Lebaran ini kami membuka toko fisik lagi dan omzet jadi lumayan tertolong.

Bagaimana strategi Anda mengatasi dampak corona terhadap usaha?

Pertama, diversifikasi produk. Tadinya kami hanya menjual baju atau fashion anak saja. Tapi, kebutuhan anak bukan hanya baju saja. Saat corona mulai mewabah, kebetulan ada bazar buku Big Bad Wolf. Kami manfaatkan untuk menyetok banyak buku-buku impor yang murah dan bagus. Nah, itu kami jual di grup yang kami bikin. Lumayan mengundang antusiasme.

Kedua, kami juga perluas produk ke mainan anak bekerjasama dengan merchant. Jadi, ada tenaga marketing merchant itu yang memberi info penawaran barang-barang sale di merchant seperti Kidz Station atau Toys Kingdom. Itu kami bagi juga ke grup-grup itu. Kami harus membuat orang butuh jangan hanya saat jelang Lebaran saja.

Maka itu, dari segi penjualan online, justru malah banyak peminat karena kami juga menawarkan barang-barang bukan cuma pakaian. Buku dan mainan itu barang-barang yang dibutuhkan anak-anak saat pandemi seperti ini agar mereka tidak bosan di rumah saja. Dua produk itu juga masih berhubungan dengan pasar kami yaitu kebutuhan anak-anak.

Apa tips yang bisa Anda bagi untuk sesama pebisnis di tengah pandemi seperti ini?

Jangan pernah puas hanya dengan satu produk. Seperti kami yang tadinya hanya bergerak di fashion, jadi melebar ke buku dan mainan. Yang penting masih dalam satu target pasar yang sama. Kalau jualan lebih bervariasi, customer tidak hanya datang saat butuh baju saja atau saat jelang Lebaran saja.

Lalu, sering-sering gelar sale atau promo. Sale itu bikin orang mendekat, butuh atau tidak butuh barang. Orang yang sebenarnya mungkin belum butuh mainan, misalnya, saat ada sale jadi mikir, “kok murah, ya.” Orang suka barang murah yang berkualitas. Kebetulan kami menjual mainan sale berkualitas seperti brand Hasbro, barang-barang dari Toys Kingdom dan Kidz Station sudah ketahuan berkualitas.

Selain itu, pemilik usaha juga harus tetap optimistis dan berpikiran positif. Kondisi pandemi ini yang mengharuskan kita hanya di rumah saja sebenarnya memberi waktu kita untuk lebih kreatif, lebih banyak menggali ide. Dibanding sebelumnya saat kita kerja grasa-grusu keluar-masuk toko.

Meilly Kusumadewi, Pemilik Delipel, merek oleh-oleh khas Subang

Domisili: Subang, Jawa Barat

Instagram: @delipel.subang

Usaha apa saja yang Anda jalankan selama ini?

Saya mengelola usaha makanan olahan nanas dengan merek Delipel, bersama saudara saya. Delipel adalah produk olahan nanas, oleh-oleh khas daerah Subang, Jawa Barat. Jenis produknya bermacam-macam, mulai selai nanas, jus nanas, nastar, pie, dan lain sebagainya.

Jalur pemasarannya offline atau online?

Kami memakai dua jalur yaitu offline dan online. Tapi, berdasarkan sumbangan omzet, 80% omzet Delipel disumbang oleh jalur pemasaran offline. Sisanya baru online.

Apakah usaha yang Anda jalankan tersebut terdampak oleh pandemi corona? Seberapa besar?

Tentu ada. Dampaknya sangat besar. Misalnya, dari segi omzet. Omzet penjualan Delipel turun hingga 70%. Kami juga terpaksa menghentikan sebagian karyawan. Untuk karyawan yang masih bertahan, kami juga terpaksa menurunkan gaji. Sedangkan dari segi bahan baku, tidak ada dampak besar karena kami sudah mengamankan stok cukup banyak untuk bahan-bahan kue. Subang sejauh ini daerah penghasil buah nanas yang berlimpah.

Bagaimana strategi bisnis Anda mengatasi dampak tersebut?

Kami tetap menjalankan branding Delipel melalui media sosial. Tapi, dengan konten yang menyesuaikan dengan situasi corona. Misalnya, membagi edukasi karyawan tentang sanitasi. Lalu, menggelar Delipel berbagi pada kaum dhuafa. Bukan bermaksud pamer, tapi kami ingin mengirim pesan bahwa bisnis kami tetap berjalan walau terseok-seok.

Lalu, supaya penjualan tetap terkejar, kami juga menempuh inovasi produk yang cocok dikonsumsi saat wabah seperti ini dengan merilis jenis produk baru seperti cireng sambal nanas. Sembari itu, kami juga terus menawarkan berbagai promo.

Seberapa efektif strategi itu menolong usaha Anda?

Cukup efektif. Karena dengan adanya produk baru yaitu Cireng Sambal Nanas, walau kami rilis dengan merek lain, itu cukup menambah omzet walau tidak terlalu signifikan.

Apa tips yang bisa Anda bagi untuk sesama pebisnis di tengah pandemi seperti ini?

Tetap tenang, tetap berpikir, lakukan inovasi. Jual apa aja yang sekiranya cocok saat pandemi corona ini tapi jangan terlalu jauh dari bisnis inti. Misalnya, Delipel kan bisnis olahan nanas, ya, belok sedikit berinovasi menjual cireng sambal nanas. Jadi bukannya drastis menjadi jualan masker. Inovasi produknya tidak jauh-jauh dari core business. Tips penting lain, pemilik usaha, leader usaha, harus tetap tenang menghadapi kondisi pandemi seperti ini. Karena kalau leader sudah kelihatan panik dan khawatir, kasihan karyawan.

Ratu Saskia Bilqis, Pemilik usaha Ratu Bilqis Syari (RB Syari)

Domisili: Kebon Jeruk, Jakarta Barat

Instagram: @ratubilqisyari

Usaha apa saja yang Anda jalankan selama ini?

Saya membuat baju muslim syari untuk kaum hawa seperti gamis dan jilbab yang dipasarkan sepenuhnya lewat online.

Apakah usaha yang Anda jalankan tersebut terdampak oleh pandemi corona?

Terdampak sekali. Omzet menurun hingga lebih dari 50%. Lalu, bulan April lalu seharusnya ada Indonesia Fashion Week, itu event besar bagi pelaku fashion. Acaranya batal karena pandemi. Efek lain misalnya untuk suplai bahan baku. Sebenarnya suplai bahan baku RB Syari, sih, aman. Masih bisa order ke toko kain langganan melalui Whatsapp atau Instagram. Hanya memang, harga kain mulai naik bahkan sejak sebelum ada pembatasan skala besar (PSBB). Pedagang kain di Pasar Tanah Abang mulai kesulitan memperoleh suplai kain. Kain itu, kan, banyak berasal dari China dan India. Karena suplai kain mulai sulit, pedagang pun mulai menjual dengan harga agak mahal. Sedang distribusi barang atau pengiriman, alhamdulillah tetap aman. Walau mungkin PSBB membuat agak lebih lama tapi komplain customer tidak banyak.

Bagaimana strategi bisnis Anda mengatasi dampak tersebut?

Saya ikuti perkembangan kondisi yang terjadi saat ini. Misalnya, karena kini ada wabah corona, saya ikut jual masker kain tapi bukan untuk cari untung. Saya bikin masker kain karena jengkel lihat orang-orang jual masker mahal banget. Jadi, saya buat yang murah, hanya Rp4.500 per unit. Ini tidak bisa dikategorikan sebagai langkah perbaikan omzet, sih. Tapi ini cara kami menunjukkan empati dengan kondisi pandemi ini. Saya membuat story behind pembuatan masker ini di instagram. Tentang penjahit yang berkurang order jahitan dan menawarkan membuat masker. Kami jual murah dan keuntungannya kami belikan sembako untuk donasi. Ini akhirnya menjadi value bisnis saya. Jadi, ingin menunjukkan pada customer bahwa brand ini peduli dan berempati dengan kondisi saat ini, bukan cuma jualan saja atau mikirin cuan. Saat seperti ini saling rangkul itu penting.

Lalu, saya manfaatkan situasi ini untuk menjual stok-stok lama dengan harga diskon yang cukup besar. Paling tidak customer masih akan beli karena harganya terdiskon. Strategi lain untuk membantu omzet, saya jual khimar dan kerudung pendek rumahan. Misalnya, untuk khimar itu ada cadar, kami edukasi bisa sekalian menjadi masker. Tinggal diselipkan tisu. Itu lumayan laku. Produk ini saya bikin dengan sistem maklon ke teman pemilik konveksi, jadi tinggal jual saja dengan brand sendiri. Ini pertama kalinya RB Syari memakai sistem maklon, biasanya kami produksi semua sendiri. Mengapa pilih maklon? Karena dari sisi biaya jauh lebih murah, modal lebih murah, risikonya lebih kecil.

Saya juga membuat daster rumahan. Ceritanya, RB Syari punya produk best seller bernama Easy Abaya. Pandemi ini membuat orang banyak berdiam di rumah. Akhirnya saya bikin Easy Abaya yang bisa dikenakan di rumah tapi saat dipakai keluar rumah juga oke. Produk ini lumayan laku.

Untuk koleksi Idul Fitri yang sudah dirilis, alhamdulillah habis semua walau memang saya bikin stok tidak banyak. Ada beberapa koleksi Idul Fitri yang masih saya tahan karena situasi pandemi ini. Itu karena tipe customer saya apabila saya rilis produk lalu kurang laku, akhirnya saya harus memberi diskon. Customer minta koleksi terbaru terus. Jadi, hanya beberapa koleksi saja yang saya jual untuk Idul Fitri ini.

Apa tips yang bisa Anda bagi untuk sesama pebisnis di tengah pandemi seperti ini?

Harus tetap semangat. Dampak COVID-19 ini ke semua aspek, bukan hanya ke pebisnis UMKM. Pebisnis besar pun terdampak sekali. Tetap jalankan bisnis ini dengan adaptasi perubahan. Misalnya, terkait strategi promosi. Karena ini sudah mulai masuk “new normal”, jadi perlu strategi baru juga. Kita harus baca lagi research paper terkait perilaku customer yang berubah seiring “new normal”. Tidak bisa tetap dengan strategi lama. Misalnya, untuk pembayaran, ada customer yang minta cash on delivery (CoD) karena tidak punya rekening dan tidak bisa keluar rumah. Itu bisa disiasati dengan ikut e-commerce seperti Lazada yang menyediakan CoD.

Selalu komunikasikan ke customer tentang value brand kita. Bahwa bisnis kita tidak cuma cari cuan tapi juga ingin memberi positive impact ke masyarakat. Situasi seperti ini juga waktu yang tepat untuk menyelesaikan atau membuat hal-hal yang masih tertunda sebelumnya. Misalnya, saya berencana membangun lagi reseller produk RB. Juga, membuat brand baru bernama Laqoeni. Pandemi ini bisa membuka peluang baru yang tadinya tertutup karena kesibukan kita.

Itulah kisah tiga sahabat Avrist, para pemilik usaha, berjuang menjalankan strategi bisnis di tengah pandemi corona. Tetap optimistis, terus melahirkan diversifikasi dan inovasi produk sesuai kondisi pandemi dan kreatif menjalankan jurus pemasaran yang tepat agar omzet penjualan terus bisa dikejar adalah langkah yang terbukti berhasil dijalankan oleh tiga sahabat Avrist tersebut. Bagi Anda pemilik bisnis, semoga bisa terinspirasi strategi bertahan mereka dan tetap semangat!